Sahabat blogger , Setiap Desa memiliki sejarah panjang , bangsa yang kuat bangsa yang tak melupakan sejarah , oleh karena itu saya sebagai peduduk Desa Waringin saya sewajibnya tahu tentang berdirinya Desa yang saya singgahi dan tempati sekarang ini , meskipun saya lahiran Desa Nanggerang, Desa Waringin itu ibarat ibu dan Desa Nanggerang Leuwimunding Majalengka itu ibarat ayah . Untuk itu saya mengajak sahabat blogger agar mengetahui awal berdirinya Desa Waringin.Baiklah pada zaman dahulu kala .....
Sekitar abad 14 , ada salah seorang pangeran keturunan Ciamis yang bernama Pangeran Aryadipati.Pada suatu hari pangeran Aryadipati berpergian menuju Cirebon , sesampainya tiba di Cirebon,Beliau melakukan semedi salah satu gunung yang bernama Gunung Penawar Jati yang sekarang dinamakan Gunung Jati , Dalam bertapanya , Beliau berdoa kepada Sang Hyang Widi Gusti yang Maha Suci untuk meminta petunjuk , kurang lebih sebulan bertapa di Gunung Jati , namun Beliau belum juga mendapatkan petunjuk , hanya bisa bersabar mungkin itu yang harus dilakukan aryadipati.Dan ternyata pada malam ke 33 pangeran Aryadipati mendapatkan Ilham atau petunjuk untuk mencari sebuah pohon mirip dengan cecendet (bhs sunda) / ciplukan . Setelah mendapat ilham tersebut pangeran Aryadipati berangkat menuju arah barat . Selama perjalanan yang hampir 3 tahun lamanya , namun pangeran Aryadipati belum juga mendapat pohon tersebut.Hal ini membuat pangeran Aryadipati sedikit putus asa.
Kemudian Pangeran Aryadipati tiba disuatu kampung yang disebut kampung Tajur , dikampung tersebut karena lelah pangeran Aryadipati sejenak melakukan istirahat sampai ketiduran , Gusti Allah SWT selalu menyayangi umat nya yang sabar , sesaat setelah terbangun , Beliau kager luar biasa karena pohon yang selama ini dicari-cari ada didepan mata.
"Sepertinya ini adalah pohon yang selama ini saya cari " , gumam Pangeran Aryadipati sambil meneliti dan memperhatikan pohon tersebut,setelah menemukan pohon yang selama ini dicari , sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT maka pangeran Aryadipati melakukan sholat hajat berkali-kali.Setelah selesai sholat dan berdoa tiba-tiba sipohon yang berada disampingnya tersebut membesar dan semakin tinggi, daunnya sangat lebat dan rindang yang membuat nyaman kemudian pohon tersebut diberi nama caringin (bhs sunda) atau pohon beringin.
Pangeran Aryadipati kemudian memutuskan untuk tinggal di Kampung Tajur dan menikahi salah satu putri yang sangat cantik yakni putri Sawit anak dari Pangeran Sangiang . Dalam menjalankan bahtera rumah tangga Pangeran Aryadipati dan Putri Sawit sangat saling mencintai satu sama lainnya.Dari hasil pernikahannya kemudian mereka dikarunia dua putera yang bernama Remban dan Imbar.
Pada suatu hari tepatnya jum'at kliwon , Pangeran Aryadipati kedatangan salah satu pangeran dari Cirebon yakni Sommadullah (Pangeran Cakrabuana) atau Raden Walangsungsang putera Prabu Siliwangi malahan lebih terkenal dengan sebutan Mbah Kuwu Sangkan .
"Assalamualaikum "kata Mbah Kuwu
"Walaikumsalam warohmatullah"Pangeran Aryadipati sambil mengulurkan tangan mengajak salaman dengan penuh hormat.
Kemudian Pangeran Cakrabuana menjelaskan maksud akan kedatangannya yaitu bersilaturahmi dan memerintahkan Pangeran Aryadipati untuk menjadi Kepala Kampung Tajur yang ketiga,sebab pada saat itu baru dua orang kepala kampung (Kepala Desa sekarang),yakni
1. Ki gedeng Alang-alang
2.Mbah Kuwu Sangkan / Pangeran Walangsungsang
Setelah berdiskusi panjang lebar Mbah Kuwu kemudian kembali ke Cirebon.Besok harinya sebelum berangkat ke Mataram , Pangeran Aryadipati bermimpi bertemu dengan orang yang tek dikenal orang ini meminta untuk membawa pusaka yang ada didepan rumahnya untuk dibawa ke Mataram.
Dalam mimpi Pangeran Aryadipati orang yang tak dikenal tersebut berkata " Pangeran Aryadipati , pangeran segeralah berangkat ke Mataram bawa pusaka yang ada didepan rumah".Pangeran Aryadipati kaget , buru-buru beliau bangun dari tempat tidurnya dan ingat bahwa hari ini harus berangkat ke mataram dengan Mbah Kuwu Sangkan menemui Raja Mataram , akhirnya Pangeran Aryadipati berpamitan ke pada istrinya untuk berangkat ke Mataram , pada saat keluar rumah dia mencari-cari pusaka yang dimaksud orang yang ada pada mimpinya.
"Dimana pusaka nya , apa mungkin ini kah yang dimaksud?"Pangeran Aryadipati sambil memungut daun "Kelewih".Tanpa sadar,daun tersebut dilemparkan kembali oleh pangeran , tiba-tiba daun tersebut berubah menjadi kuda berdasarkan dari penglihatan Pangeran Aryadipati.Tidak menunggu lama , pangeran Aryadipati kemudian menaiki kuda tersebut karena saking paniknya Pangeran Aryadipati lupa seharusnya beliau menjemput Pangeran Cakrabuana / Mbah Kuwu Sangkan di Cirebon.Setibanya di Mataram , Ki Gedeng sangat murka , matanya melotot dan langung memarahinya.
"Heh Aryadipati , kenapa kamu datang sendiri, mana Cakrabuana?"
"Mohon maaf ,Hamba lupa tidak mampir ke Cirebon terlebih dahulu " Jawab pangeran Aryadipati sambil memohon maaf yang sedalam-dalamnya.
"Kurang ajar...kamu sudah berani melawan Raja , kamu tidak melaksanakan perintah Raja . Barangsiapa yang tidak mau melaksanakan perintah Raja maka dia harus dihukum gantung dan dipenggal kepalanya"
"Maafkan Hamba, Hamba pasrah , Hamba tunduk pada perintah paduka " Kata Pangeran Aryadipati , sambil menundukan kepala merasa sangat menyesal sudah melupakan kewajibannya menjemput Mbah Kuwu Sangkan.
"Patih bawa Ki Aryadipati , seret dan gantung di alun-alun , penggal kepalanya" Perintah Ki Gedeng kepada patihnya dengan sangat marah , tidak menunggu lama Pangeran Aryadipati dibawa ke alun-alun kemudian dihukum gantung.
Setelah tiga bulan Pangeran Aryadipati tidak pulang,Siti Sawit merasa sangat khawatir , Akhirnya siti sawit mengutus orang kepercayaan untuk menyusul Pangeran Aryadipati ke Mataram.
"Paman tolong susul suami saya ke mataram ,saya merasa sangat khawatir , takut ada apap-apa di perjalanan!"kata siti sawit sambil menangis tersedu-sedu ,khawatir dengan suaminya yang tiga bulan belum pulang.
"Baik den Puteri , saya pamit berangkat saat ini juga".kata salah seorang yang dipercaya oleh siti sawit.
Setibanya di Mataram , utusan menemukan kepala Pangeran Aryadipati tergantung dan terpisah dari badannya . Secepatnya kepala Pangeran diturunkan , dan dibungkus kain putih , Aneh nya , walaupun sudah 2 minggu kepala pangeran Aryadipati di gantung namun tidak ada bau bangkai sedikit pun, setelah dibungkus , kemudian utusan tersebut segera pamit undur diri.
"Maafkan hamba , hamba pamit dan moho izin nya paduka untuk menyerahkan kepala Pangeran Aryadipati ke Putri Siti Sawit yang sudah lam menanti" kata salah seorang utusan sambil menyembah Ki Gedeng .Sejalan dengan bertangkatnya utusan tersebut , tubuh Pangeran Aryadipati mendadak yang tergeletak didekat tiang mendadak menghilang tanpa bekas.Semua yang ada disitu semua merasa kaget . Ki Gedeng Mataram , rakyatnya serta utusan dari Tajur , mereka pun tertipu dengan penglihatannya , tertipu oleh Pangeran Aryadipati , sebenarnya yang dipenggal dan digantung itu cuma pusakanya yaitu Mahkota Waring . Sebab pangeran Aryadipati menghilang sewaktu diseret yang akan digantung .Utusan dari kampung Tajur kembali Pulang membawa kepala Pangeran Aryadipati yang dibungkus Kain putih. Kemudian setibanya dikampung Tajur bungkusan tersebut diserahkan kepada Siti Sawit , secepatnya bungkusan tersebut dikuburkan sebagaimana mestinya , tetapi kedalaman dari kuburannya hanya setengah meter atau sedalam ukuran panjang siku lengan.
Setelah kejadian tersebut , pangeran Aryadipati tidak mau muncul lagi kerakyatnya , sebab sepengetahuan rakyatnya , Pangeran Aryadipati sudah meninggal di hukum Ki Gedeng Mataram , tetapi istrinya Siti Sawit saja sering menemui dan tahu bahwa suaminya masih hidup dan pindah ke Giri Lawungan.
*Giri Lawungan = sebelah utara Kota Majalengka
Diatas kuburan Pusaka Pangeran Aryadipati ada pohon Gebang yang tumbuh , setelah jumlahnya sebanyak sepuluh batang pohon tersebut tiba-tiba menghilang .Digantikan dengan pohon mangga.Sampai sekattang tidak ada yang mengetahui siapa yang menanam pohon mangga tersebut yang jelas tumbuh dengan sendirinya.
Setelah Pangeran Aryadipati pindah ke Giri Lawungan , Daerah kampung Tajur sering ditemukan kejadian-kejadian aneh oleh Nyi Siti Sawit dan diutarakan ke para puteranya.Diantaranya Mahkota kopiah waring Mbah Kuwu Sangkan ketinggalan di pohon beringin waktu beliau mencari orang yang berkelahi dengan Ki Gedeng Hanjatan dan Syarif Arifin ( Buyut nyata) memperebutkan bibit sri atau padi dan bibit air .Pertempuran Ki Gedeng Hanjatan di mulai pertarungan di kaki Gunung Ciremai , air yang diperebutkan sedikit - sedikit tumpah menetes / ngeclak (bhs sunda) dan akhirnya menjadi Desa cikaracak , tetesan airnya mengalir ke utara kemudian Mbah Kuwu menyusul keduanya akhirnya beliau berhenti di sebuah tempat diantara perbatasan Nanggerang Patuanan dan tempat duduk beristirahat sekarang tempat buyut Capang.Kemudian Mbah Kuwu Sangkan tiba di kampung tajur dan beristirahat di bawah pohon beringin dan terbangun melanjutkan perjalanannya lagi namun ternyata topi waringnya ketinggalan di pohon beringin kemudian beliau kembali mengambilnya , sementara Ki Gedeng Hanjatan dan Syarif Arifin Kemudian Melayang diatas sungai dari tetesan air bibit tersebut, dan tempat yang di layangi kedua petarung tadi disebut Cangcalayang yang berada Desa Keramat kemudian pertarungan masih berlanjut diatas sungai sungai tersebut menjadi Keruh dan kemudian sungai tersebut dinamakan Cikeruh. Pertarung tak ada hentinya karena bertarung diatas Sungai menjadi air sungai tersebut meluap kedarat dan air tersebut ngeyembeng / menggenang dan daerah tersebut dinamakan Cisambeng.Dan akhirnya mbah Kuwu sampai , dan bisa melerai keduanya.
Dikarenakan Pangeran Aryadipati sudah tidak ada maka siti sawit mengadakan pertemuan dengan para putranya yakni Remban dan Imbar untuk merubah Kampung Tajur menjadi Waringin berasal dari kopiah Waring / karung yang menggantung di Pohon Caringin , tahun berubahnya ini belum ada yang mengetahui.
Mulai saat itu kedua putra Aryadipati yakni Remban dan Imbar meneruskan ayahnya untuk mensyiarkan Islam , namun Remban berfokus mensyiarkan agama islam sementara Imbar fokus pada sistem pemerintahan . Sementara ibunya Siti Sawit berpindah kearah barat yang sekarang disebut Hulu Dayeuh.
Desa Waringin dipimpin Pangeran Imbar untuk beberapa tahun , kemudian digantikan Pangeran Remban karena Pangeran Imbar meninggal belum ada sumber kapan beliau meninggal ditahun berapa.
Berikut nama - nama kuwu / Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Waringin :
Pohon cecendet atau ciplukan |
Kemudian Pangeran Aryadipati tiba disuatu kampung yang disebut kampung Tajur , dikampung tersebut karena lelah pangeran Aryadipati sejenak melakukan istirahat sampai ketiduran , Gusti Allah SWT selalu menyayangi umat nya yang sabar , sesaat setelah terbangun , Beliau kager luar biasa karena pohon yang selama ini dicari-cari ada didepan mata.
"Sepertinya ini adalah pohon yang selama ini saya cari " , gumam Pangeran Aryadipati sambil meneliti dan memperhatikan pohon tersebut,setelah menemukan pohon yang selama ini dicari , sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT maka pangeran Aryadipati melakukan sholat hajat berkali-kali.Setelah selesai sholat dan berdoa tiba-tiba sipohon yang berada disampingnya tersebut membesar dan semakin tinggi, daunnya sangat lebat dan rindang yang membuat nyaman kemudian pohon tersebut diberi nama caringin (bhs sunda) atau pohon beringin.
Pohon Beringin |
Pangeran Aryadipati kemudian memutuskan untuk tinggal di Kampung Tajur dan menikahi salah satu putri yang sangat cantik yakni putri Sawit anak dari Pangeran Sangiang . Dalam menjalankan bahtera rumah tangga Pangeran Aryadipati dan Putri Sawit sangat saling mencintai satu sama lainnya.Dari hasil pernikahannya kemudian mereka dikarunia dua putera yang bernama Remban dan Imbar.
Pada suatu hari tepatnya jum'at kliwon , Pangeran Aryadipati kedatangan salah satu pangeran dari Cirebon yakni Sommadullah (Pangeran Cakrabuana) atau Raden Walangsungsang putera Prabu Siliwangi malahan lebih terkenal dengan sebutan Mbah Kuwu Sangkan .
"Assalamualaikum "kata Mbah Kuwu
"Walaikumsalam warohmatullah"Pangeran Aryadipati sambil mengulurkan tangan mengajak salaman dengan penuh hormat.
Kemudian Pangeran Cakrabuana menjelaskan maksud akan kedatangannya yaitu bersilaturahmi dan memerintahkan Pangeran Aryadipati untuk menjadi Kepala Kampung Tajur yang ketiga,sebab pada saat itu baru dua orang kepala kampung (Kepala Desa sekarang),yakni
1. Ki gedeng Alang-alang
2.Mbah Kuwu Sangkan / Pangeran Walangsungsang
Setelah berdiskusi panjang lebar Mbah Kuwu kemudian kembali ke Cirebon.Besok harinya sebelum berangkat ke Mataram , Pangeran Aryadipati bermimpi bertemu dengan orang yang tek dikenal orang ini meminta untuk membawa pusaka yang ada didepan rumahnya untuk dibawa ke Mataram.
Dalam mimpi Pangeran Aryadipati orang yang tak dikenal tersebut berkata " Pangeran Aryadipati , pangeran segeralah berangkat ke Mataram bawa pusaka yang ada didepan rumah".Pangeran Aryadipati kaget , buru-buru beliau bangun dari tempat tidurnya dan ingat bahwa hari ini harus berangkat ke mataram dengan Mbah Kuwu Sangkan menemui Raja Mataram , akhirnya Pangeran Aryadipati berpamitan ke pada istrinya untuk berangkat ke Mataram , pada saat keluar rumah dia mencari-cari pusaka yang dimaksud orang yang ada pada mimpinya.
"Dimana pusaka nya , apa mungkin ini kah yang dimaksud?"Pangeran Aryadipati sambil memungut daun "Kelewih".Tanpa sadar,daun tersebut dilemparkan kembali oleh pangeran , tiba-tiba daun tersebut berubah menjadi kuda berdasarkan dari penglihatan Pangeran Aryadipati.Tidak menunggu lama , pangeran Aryadipati kemudian menaiki kuda tersebut karena saking paniknya Pangeran Aryadipati lupa seharusnya beliau menjemput Pangeran Cakrabuana / Mbah Kuwu Sangkan di Cirebon.Setibanya di Mataram , Ki Gedeng sangat murka , matanya melotot dan langung memarahinya.
"Heh Aryadipati , kenapa kamu datang sendiri, mana Cakrabuana?"
"Mohon maaf ,Hamba lupa tidak mampir ke Cirebon terlebih dahulu " Jawab pangeran Aryadipati sambil memohon maaf yang sedalam-dalamnya.
"Kurang ajar...kamu sudah berani melawan Raja , kamu tidak melaksanakan perintah Raja . Barangsiapa yang tidak mau melaksanakan perintah Raja maka dia harus dihukum gantung dan dipenggal kepalanya"
"Maafkan Hamba, Hamba pasrah , Hamba tunduk pada perintah paduka " Kata Pangeran Aryadipati , sambil menundukan kepala merasa sangat menyesal sudah melupakan kewajibannya menjemput Mbah Kuwu Sangkan.
"Patih bawa Ki Aryadipati , seret dan gantung di alun-alun , penggal kepalanya" Perintah Ki Gedeng kepada patihnya dengan sangat marah , tidak menunggu lama Pangeran Aryadipati dibawa ke alun-alun kemudian dihukum gantung.
Setelah tiga bulan Pangeran Aryadipati tidak pulang,Siti Sawit merasa sangat khawatir , Akhirnya siti sawit mengutus orang kepercayaan untuk menyusul Pangeran Aryadipati ke Mataram.
"Paman tolong susul suami saya ke mataram ,saya merasa sangat khawatir , takut ada apap-apa di perjalanan!"kata siti sawit sambil menangis tersedu-sedu ,khawatir dengan suaminya yang tiga bulan belum pulang.
"Baik den Puteri , saya pamit berangkat saat ini juga".kata salah seorang yang dipercaya oleh siti sawit.
Setibanya di Mataram , utusan menemukan kepala Pangeran Aryadipati tergantung dan terpisah dari badannya . Secepatnya kepala Pangeran diturunkan , dan dibungkus kain putih , Aneh nya , walaupun sudah 2 minggu kepala pangeran Aryadipati di gantung namun tidak ada bau bangkai sedikit pun, setelah dibungkus , kemudian utusan tersebut segera pamit undur diri.
"Maafkan hamba , hamba pamit dan moho izin nya paduka untuk menyerahkan kepala Pangeran Aryadipati ke Putri Siti Sawit yang sudah lam menanti" kata salah seorang utusan sambil menyembah Ki Gedeng .Sejalan dengan bertangkatnya utusan tersebut , tubuh Pangeran Aryadipati mendadak yang tergeletak didekat tiang mendadak menghilang tanpa bekas.Semua yang ada disitu semua merasa kaget . Ki Gedeng Mataram , rakyatnya serta utusan dari Tajur , mereka pun tertipu dengan penglihatannya , tertipu oleh Pangeran Aryadipati , sebenarnya yang dipenggal dan digantung itu cuma pusakanya yaitu Mahkota Waring . Sebab pangeran Aryadipati menghilang sewaktu diseret yang akan digantung .Utusan dari kampung Tajur kembali Pulang membawa kepala Pangeran Aryadipati yang dibungkus Kain putih. Kemudian setibanya dikampung Tajur bungkusan tersebut diserahkan kepada Siti Sawit , secepatnya bungkusan tersebut dikuburkan sebagaimana mestinya , tetapi kedalaman dari kuburannya hanya setengah meter atau sedalam ukuran panjang siku lengan.
Setelah kejadian tersebut , pangeran Aryadipati tidak mau muncul lagi kerakyatnya , sebab sepengetahuan rakyatnya , Pangeran Aryadipati sudah meninggal di hukum Ki Gedeng Mataram , tetapi istrinya Siti Sawit saja sering menemui dan tahu bahwa suaminya masih hidup dan pindah ke Giri Lawungan.
*Giri Lawungan = sebelah utara Kota Majalengka
Pohon Gebang |
Diatas kuburan Pusaka Pangeran Aryadipati ada pohon Gebang yang tumbuh , setelah jumlahnya sebanyak sepuluh batang pohon tersebut tiba-tiba menghilang .Digantikan dengan pohon mangga.Sampai sekattang tidak ada yang mengetahui siapa yang menanam pohon mangga tersebut yang jelas tumbuh dengan sendirinya.
Setelah Pangeran Aryadipati pindah ke Giri Lawungan , Daerah kampung Tajur sering ditemukan kejadian-kejadian aneh oleh Nyi Siti Sawit dan diutarakan ke para puteranya.Diantaranya Mahkota kopiah waring Mbah Kuwu Sangkan ketinggalan di pohon beringin waktu beliau mencari orang yang berkelahi dengan Ki Gedeng Hanjatan dan Syarif Arifin ( Buyut nyata) memperebutkan bibit sri atau padi dan bibit air .Pertempuran Ki Gedeng Hanjatan di mulai pertarungan di kaki Gunung Ciremai , air yang diperebutkan sedikit - sedikit tumpah menetes / ngeclak (bhs sunda) dan akhirnya menjadi Desa cikaracak , tetesan airnya mengalir ke utara kemudian Mbah Kuwu menyusul keduanya akhirnya beliau berhenti di sebuah tempat diantara perbatasan Nanggerang Patuanan dan tempat duduk beristirahat sekarang tempat buyut Capang.Kemudian Mbah Kuwu Sangkan tiba di kampung tajur dan beristirahat di bawah pohon beringin dan terbangun melanjutkan perjalanannya lagi namun ternyata topi waringnya ketinggalan di pohon beringin kemudian beliau kembali mengambilnya , sementara Ki Gedeng Hanjatan dan Syarif Arifin Kemudian Melayang diatas sungai dari tetesan air bibit tersebut, dan tempat yang di layangi kedua petarung tadi disebut Cangcalayang yang berada Desa Keramat kemudian pertarungan masih berlanjut diatas sungai sungai tersebut menjadi Keruh dan kemudian sungai tersebut dinamakan Cikeruh. Pertarung tak ada hentinya karena bertarung diatas Sungai menjadi air sungai tersebut meluap kedarat dan air tersebut ngeyembeng / menggenang dan daerah tersebut dinamakan Cisambeng.Dan akhirnya mbah Kuwu sampai , dan bisa melerai keduanya.
Dikarenakan Pangeran Aryadipati sudah tidak ada maka siti sawit mengadakan pertemuan dengan para putranya yakni Remban dan Imbar untuk merubah Kampung Tajur menjadi Waringin berasal dari kopiah Waring / karung yang menggantung di Pohon Caringin , tahun berubahnya ini belum ada yang mengetahui.
Mulai saat itu kedua putra Aryadipati yakni Remban dan Imbar meneruskan ayahnya untuk mensyiarkan Islam , namun Remban berfokus mensyiarkan agama islam sementara Imbar fokus pada sistem pemerintahan . Sementara ibunya Siti Sawit berpindah kearah barat yang sekarang disebut Hulu Dayeuh.
Desa Waringin dipimpin Pangeran Imbar untuk beberapa tahun , kemudian digantikan Pangeran Remban karena Pangeran Imbar meninggal belum ada sumber kapan beliau meninggal ditahun berapa.
Berikut nama - nama kuwu / Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Waringin :
- Sarka
- Somnyah 1912-1915
- Amal 1916-1938
- Ujat 1939-1948
- Naptiah 1949 1950 (mengisi kekosongan)
- Armawi 1951-1953
- Sumanta 1954-1967
- M.Tasdik 1968-1969 (mengisi kekosongan)
- Markum 1970-1977
- Duslan 1978-1989
- M.Warma (1990-1999)
- Tjaskam / Ekem (2000-2005)
- Imas Masriah (2006-2013)
- Umar 2013 - 2019
- Umar 2019-Sekarang.
0 Response to "Sejarah Desa Waringin Palasah Majalengka"
Post a Comment